Beranda Daerah Refleksi Ramadan: Berbagi Takjil, Tradisi atau Seremonial Semu?

Refleksi Ramadan: Berbagi Takjil, Tradisi atau Seremonial Semu?

Publikbicara.com – Setiap bulan Ramadan, pemandangan berbagi takjil di pinggir jalan menjadi hal yang lumrah.

Berbagai komunitas dan individu berlomba-lomba membagikan makanan berbuka kepada para pengendara yang melintas.

Sekilas, ini tampak sebagai aksi kebaikan yang mulia, tetapi benarkah demikian?

READ  Dr. Usep Nukliri Sahkan Pelantikan PW Pemuda Muslim Jakarta: Dorong Pemuda Islam Berakhlak dan Berwawasan

Abah Arya, seorang pria renta yang tak sengaja berjumpa dengan publikbicara menyoroti fenomena ini dengan kritis.

Ia berkata, “Coba ganti pola kalau mau bagi-bagi takjil. Sisir rumah-rumah orang miskin, jompo, atau yatim.” Sebuah pernyataan sederhana, namun menggugah kesadaran kita tentang esensi berbagi yang sebenarnya. Sabtu, (15/03/2024).

Tradisi berbagi takjil di tepi jalan memang memiliki dampak positif, tetapi juga perlu dipertanyakan efektivitasnya.

READ  Dr. Usep Nukliri Sahkan Pelantikan PW Pemuda Muslim Jakarta: Dorong Pemuda Islam Berakhlak dan Berwawasan

Apakah mereka yang menerima takjil benar-benar orang yang paling membutuhkan? Ataukah hanya mereka yang kebetulan sedang melintas?

Sementara itu, ada banyak orang yang berpuasa dalam keterbatasan, yang bahkan untuk keluar rumah pun sulit karena faktor ekonomi atau kesehatan.

Fenomena ini menimbulkan refleksi lebih dalam: apakah kegiatan berbagi ini murni untuk membantu, atau sekadar untuk eksistensi?

READ  Viral Insiden Motor BM Sat Lantas vs Pengendara di Puncak, Kasat Lantas Polres Bogor Minta Maaf dan Beri Sanksi Tegas

Jangan sampai kegiatan sosial berubah menjadi seremonial semu yang hanya bertujuan mencari eksposur.

Ramadan bukan tentang menunjukkan kebaikan, tetapi tentang memastikan kebaikan sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

Sudah saatnya kita mengubah pola pikir. Jika ingin berbagi, datanglah ke rumah-rumah kaum dhuafa, ke panti asuhan, atau ke pemukiman miskin yang sering terlewatkan.

READ  Di Balik Kabut Tambang: Taruhan Nyawa Seorang Pria Senja

Berbagi takjil tidak harus di tempat ramai agar terlihat banyak orang, tetapi di tempat-tempat yang sunyi dan sering terlupakan.

Sebab, berbagi sejati bukan tentang siapa yang melihat, tetapi siapa yang merasakan.***

Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow

Artikulli paraprakDr. Usep Nukliri Sahkan Pelantikan PW Pemuda Muslim Jakarta: Dorong Pemuda Islam Berakhlak dan Berwawasan
Artikulli tjetërJaker Bogor Ungkap Hal-hal Tentang Jasinga yang Jarang Diketahui Orang: Sejarah, Filosofi, dan Makna Gerbang Kemenangan!