Publikbicara.com – Sore itu, langit Bogor tampak gelap seperti hendak menangis menumpahkan ringkisan melalui awan hitam dan hujan.
Di sudut kampung yang sepi di atas bukit, sebuah sepeda motor melaju perlahan, membawa muatan yang tak biasa yakni Hasil tambang ilegal.
Namun, bukan itu yang akan membuat mata para pembaca terkejut dan terbelakak lantaran yang lebih mencengangkan, sosok di balik kemudi bukanlah seorang penambang biasa.

Ia adalah seseorang yang kerap membawa kartu pers di sakunya, seseorang yang mestinya menjadi sosial kontrol, bukan pemain dalam permainan kotor ini.
Selasa, 11 Maret 2025, skandal itu terungkap. Seorang pria berinisial EI, yang mengaku sebagai wartawan, tertangkap basah tengah mengawai hasil tambang ilegal.
Kecurigaan muncul setelah seorang pekerja tambang pembawa beban yang dijumpai di jalan mengungkapkan sesuatu yang mencengangkan.

“Punya K, saya baru, baru kali ini. Ini punya yang tadi yang barusan lewat. Saya mah baru pertama kali,” ucap S, seorang kuli angkut, sambil mengusap keringatnya.
Ucapannya menjadi petunjuk awal bagi tim patroli Polhut yang tengah melakukan penyisiran. Dan tak lama EI pun datang berbincang.
Saat diinterogasi, pria itu tampak gugup. Kata-katanya terbata, berputar-putar mencari celah untuk menghindari kecurigaan.

“Saya cuma lihat lokasi, terus dikasih sama K. Saya mah enggak tahu apa-apa, cuma mantau-mantau,” kilahnya, berusaha meyakinkan para petugas. seperti dikutip dari jabaronline.com Rabu, (12/03/2025).
Namun, kebohongan selalu memiliki celah. Tak berselang lama, ia kembali memberikan keterangan yang bertentangan dengan ucapannya sebelumnya.
“Saya mah di sini nongkrong, bukan orang sini. Lagi ada musibah, saya liput,” tambahnya, semakin membuat situasi penuh tanda tanya.

Lebih lanjut, dibalik hal yang bukan rahasia tambang ilegal di Kabupaten Bogor telah menjadi persoalan lama.
Namun, keterlibatan seorang oknum wartawan dalam pusaran bisnis haram ini membawa keprihatinan yang lebih dalam.
Bagaimana mungkin seseorang yang seharusnya menjadi pilar kebenaran, justru terlibat dalam praktik yang merusak lingkungan dan merugikan masyarakat?
Skandal ini menegaskan bahwa tambang ilegal bukan sekadar masalah eksploitasi sumber daya alam, tetapi juga cerminan korupsi moral yang semakin merajalela.
Ketika kontrol sosial yang diharapkan justru ikut bermain dalam lingkaran gelap, masyarakat semakin sulit menemukan kebenaran.
Kini, seluruh publik pasti menuntut tindakan tegas yang bukan hanya terhadap pelaku tambang ilegal. Tetapi juga terhadap siapa pun yang mencoba memperjualbelikan profesi jurnalistik demi keuntungan pribadi.

Sementara itu, pihak redaksi tempat EI bernaung masih belum dapat memberikan tanggapan resmi terkait dugaan keterlibatan anggotanya.
Keheningan mereka hanya menambah daftar panjang pertanyaan yang belum terjawab.
Lalu, apakah kasus ini akan berakhir begitu saja? Atau, justru menjadi awal terbongkarnya skandal yang lebih besar? Waktu yang akan menjawabnya. ***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













