Publikbicara.com – Jakarta, 14 Februari 2025 – Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) menghadapi tantangan berat sepanjang 2024, namun ada harapan kinerja perseroan akan membaik di tahun ini.
Dalam analyst call yang digelar pada Kamis (13/2), manajemen menyampaikan berbagai tantangan yang masih membayangi, tetapi juga memberikan sinyal optimisme terkait pemulihan di paruh kedua 2025.
Kinerja 4Q24 Jadi Titik Terendah
Pada kuartal keempat 2024, UNVR mencatat laba bersih sebesar Rp359 miliar, anjlok 41% secara tahunan (YoY) dan 34% dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ).
Capaian ini bahkan lebih rendah dari laba bersih di 4Q23 ketika sentimen boikot terhadap produk Unilever mencapai puncaknya.
Secara keseluruhan, laba bersih UNVR untuk tahun fiskal 2024 hanya mencapai Rp3,4 triliun atau turun 30% dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka ini juga meleset dari ekspektasi pasar, hanya memenuhi 90% dari estimasi konsensus.
Ada beberapa faktor utama yang menekan kinerja UNVR, termasuk kebijakan pengurangan stok di tingkat distributor dan biaya transformasi yang tinggi.
Margin laba kotor perusahaan tetap rendah di sekitar 45% selama dua kuartal terakhir, jauh dari level normal 49–50%. Selain itu, pada 4Q24, UNVR mencatatkan beban one-off terkait pengurangan karyawan, yang menyebabkan lonjakan beban operasional, khususnya dalam kategori Selling & Marketing (+110% YoY, +67% QoQ) serta General & Administrative (+55% YoY, +170% QoQ).
Optimisme di Paruh Kedua 2025
Meski kinerja masih tertekan, manajemen UNVR memperkirakan dampak dari program pembenahan akan berkurang pada semester pertama 2025.
Harapannya, hasil positif dari transformasi ini akan mulai terlihat pada paruh kedua tahun ini.
Pasar tampaknya merespons optimisme tersebut dengan baik. Harga saham UNVR pada Kamis (13/2) menguat 2,91%, mengindikasikan kepercayaan investor bahwa titik terendah telah dilewati dan pemulihan berada di depan mata.
Ke depan, investor disarankan untuk terus memantau progres program transformasi UNVR, karena faktor ini akan menjadi kunci dalam menentukan apakah harga sahamnya bisa kembali ke jalur pemulihan.***
Sumber: Investment Analyst Lead, Stockbit.
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













