Publikbicara.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mendorong investor untuk membangun pabrik LPG di Indonesia sebagai strategi mengurangi ketergantungan pada impor minyak dan gas (migas).
Dengan konsumsi LPG yang terus meningkat, Bahlil menilai langkah ini sebagai solusi strategis guna menghemat devisa negara yang terkuras akibat impor energi.
“Saya undang bapak ibu semua investor yang mau, silakan bangun pabrik LPG. Market-nya captive, pembiayaannya langsung dari Bank Mandiri. Ini sangat captive sekali karena langsung kontrak dengan Pertamina,” ujar Bahlil dalam Mandiri Investment Forum di Fairmont Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Tingginya Konsumsi LPG, Peluang Besar bagi Investor
Bahlil mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi gas di Indonesia mencapai 8,7 juta metrik ton per tahun, dengan 8,2 juta metrik ton di antaranya digunakan untuk LPG 3 kg yang disubsidi oleh pemerintah.
Dengan tingginya permintaan ini, pembangunan pabrik LPG dalam negeri dianggap sebagai peluang investasi yang menjanjikan.
Selain itu, pemerintah juga tengah membangun jaringan gas (jargas) nasional untuk mempercepat distribusi gas dari Sumatra dan Jawa Timur ke berbagai daerah lain di Indonesia.
“Kami sekarang sedang membangun pipa gas sebagai jalan tol-nya, agar kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi, khususnya di Sumatra dan Jawa,” jelasnya.
Krisis Produksi Minyak, Impor Tembus Rp 500 Triliun per Tahun
Di sisi lain, Bahlil menyoroti rendahnya lifting minyak Indonesia, yang saat ini hanya berkisar 590-600 ribu barel per hari.
Sementara itu, konsumsi minyak nasional mencapai 1,6 juta barel per hari, sehingga Indonesia harus mengimpor sekitar 1 juta barel per hari untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Akibatnya, impor minyak menghabiskan anggaran hingga Rp 500 triliun per tahun, yang berdampak signifikan terhadap devisa negara.
“Setiap tahun, Indonesia harus menyiapkan kurang lebih Rp 500 triliun lebih untuk beli minyak. Devisa kita hilang banyak nih,” kata Bahlil.
Dengan kondisi ini, pengurangan impor migas dan peningkatan produksi energi dalam negeri menjadi agenda utama pemerintah.
Apakah langkah ini mampu menekan ketergantungan Indonesia pada impor? Semua bergantung pada eksekusi kebijakan dan minat investor dalam mendukung transisi energi di Tanah Air.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













