Publikbicara.com – Pemerintah Indonesia berpotensi melanjutkan pembicaraan dengan Rusia terkait rencana akuisisi jet tempur Sukhoi Su-35 yang telah bergulir sejak empat tahun lalu.
Duta Besar RI untuk Rusia, Jose Tavares, menegaskan bahwa rencana tersebut tidak pernah dibatalkan dan masih terbuka untuk dibahas lebih lanjut.
“Kami tidak pernah membatalkannya. Peluang untuk melanjutkan pembicaraan di masa mendatang masih terbuka,” ujar Tavares kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti, Selasa (11/2/2025).
Rencana pembelian Su-35 oleh Indonesia sebenarnya sudah dibahas sejak 2021 dengan nilai mencapai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp18 triliun (kurs saat ini).
Namun, hingga kini, kesepakatan itu belum terealisasi. Salah satu kendala utama adalah ancaman sanksi dari Amerika Serikat (AS) jika Indonesia tetap mengakuisisi alutsista dari Rusia.
Jet tempur Su-35 sendiri dikenal sebagai pesawat tempur multiperan canggih yang menjadi pesaing F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon buatan AS.
Dengan kemampuan manuver tinggi serta sistem avionik modern, Su-35 digadang-gadang dapat meningkatkan kekuatan pertahanan udara Indonesia secara signifikan.
Pembahasan Pembangunan PLTN dengan Rusia
Selain membahas potensi akuisisi Su-35, Pemerintah Indonesia juga membuka peluang kerja sama dengan badan tenaga atom Rusia, Rosatom, terkait pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
“Kami ingin memulainya. Tetapi saya belum punya rinciannya,” kata Tavares.
Menurutnya, Indonesia sudah lama mempertimbangkan pembangunan PLTN. Namun, seperti halnya di banyak negara, isu ini kerap menuai pro dan kontra.
“Kami rasa penting untuk memiliki personel yang berkualifikasi untuk mengoperasikan PLTN, terutama dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan dan keamanan,” tambahnya.
Sebelumnya, Rosatom menyebut pihaknya telah berdiskusi dengan Pemerintah Indonesia mengenai prospek pembangunan PLTN di Sulawesi Tenggara.
Jika terealisasi, proyek ini bisa menjadi tonggak baru dalam pemanfaatan energi nuklir di Tanah Air.
Dengan adanya dua potensi kerja sama strategis ini, hubungan Indonesia dan Rusia tampaknya akan semakin erat, terutama dalam bidang pertahanan dan energi.
Namun, tantangan geopolitik serta regulasi tetap menjadi faktor yang harus diperhitungkan sebelum kesepakatan final dapat dicapai.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













