Publikbicara.com – Ironi menyelimuti peringatan Hari Gizi dan Pangan Nasional (HGN) 2025 di Kabupaten Bogor.
Di saat kampanye tentang pentingnya gizi sehat digaungkan, seorang bocah berusia 9 tahun, AM, meninggal dunia akibat gizi buruk.
AM, warga Desa Parungpanjang, Kecamatan Parungpanjang, lahir dengan berat badan rendah dan mengalami gizi buruk sejak usia 1 tahun 5 bulan. Sejak kecil, ia tidak bisa berbicara, berlari, atau bermain seperti anak-anak seusianya.
“Keluarga AM mengalami keterbatasan ekonomi, sehingga ibunya tidak mendapatkan akses gizi yang cukup selama kehamilan. Akibatnya, AM lahir dengan kondisi kurang gizi dan terus mengalami kesulitan tumbuh kembang,” ujar seorang relawan kesehatan yang enggan disebutkan namanya.
Menurutnya, lambatnya pendataan warga miskin ekstrem membuat keluarga AM tidak mendapat bantuan pemerintah.
Kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya ia mengembuskan napas terakhir setelah 23 hari menjalani perawatan intensif di RSUD Kabupaten Bogor.
Gizi Buruk Masih Menghantui Anak-Anak di Kabupaten Bogor
Mirisnya, kasus seperti AM bukanlah yang pertama terjadi. Eggi Gunadi Wibawa, Anggota DPRD Kabupaten Bogor yang juga putra asli Parungpanjang, mengaku kejadian ini harus menjadi cambuk bagi semua pihak, mulai dari pemerintah desa hingga kabupaten.
“Saya mendapat laporan ada lagi kasus gizi buruk di Parungpanjang. Ini harus segera ditangani agar tidak ada korban berikutnya,” tegas Eggi.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2024, ada 25 kasus gizi buruk yang dilaporkan dan tersebar di berbagai wilayah.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dr. Intan Widayati mengungkapkan bahwa beberapa anak yang mengalami gizi buruk juga memiliki penyakit penyerta seperti TBC.
“Semua kasus sudah dikonsultasikan dan dirujuk ke rumah sakit. Jika masih bisa ditangani di puskesmas, mereka akan mendapatkan pemberian makanan tambahan (PMT) khusus gizi buruk serta pemeriksaan rutin,” jelas dr. Intan.
Upaya Pemerintah dalam Menangani Gizi Buruk
Pemerintah Kabupaten Bogor terus berupaya menangani kasus gizi buruk melalui berbagai program, seperti:
✅ Pemberian makanan tambahan (PMT) khusus gizi buruk
✅ Kolaborasi dengan dokter spesialis anak di rumah sakit
✅ Koordinasi dengan Dinas Sosial untuk jaminan kesehatan
✅ Pendampingan dan pemeriksaan berkala bagi anak-anak yang berisiko
Namun, fakta bahwa masih ada anak yang meninggal akibat gizi buruk menunjukkan bahwa tantangan dalam penanganan masalah ini masih besar.
Kesadaran masyarakat, intervensi dini, serta percepatan bantuan sosial menjadi kunci utama untuk mencegah kasus serupa terulang kembali.
Kasus AM adalah pengingat bahwa meski tinggal hanya 47 km dari Jakarta, masih ada anak-anak yang kehilangan nyawa karena gizi buruk.
Momentum Hari Gizi dan Pangan Nasional seharusnya menjadi refleksi bagi semua pihak untuk bekerja lebih keras dalam memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan hak atas gizi yang cukup dan masa depan yang lebih baik.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













