Publikbicara.com – Agam Rizky, putra dari IA, seorang pemilik rental mobil yang menjadi korban penembakan tragis di Rest Area KM 45 Tol Jakarta-Merak, membeberkan fakta mengejutkan terkait insiden yang menewaskan ayahnya.
Dalam pernyataannya, Agam mengungkapkan bahwa anggota Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Cinangka sempat meremehkan senjata api yang dibawa oleh pelaku, seorang anggota TNI AL.
Menurut Agam, saat dirinya melaporkan keberadaan senjata api yang mencurigakan tersebut, anggota SPKT justru menuding bahwa senjata tersebut hanyalah replika atau palsu.
“Mereka bilang senjata itu tidak mungkin asli. Tapi nyatanya, senjata itu digunakan untuk menembak ayah saya hingga tewas,” ujar Agam dengan nada emosional.
Peristiwa tragis ini terjadi di Rest Area KM 45 Tol Jakarta-Merak ketika pelaku, yang diduga terlibat konflik dengan korban, tiba-tiba melepaskan tembakan yang berujung pada kematian IA.
Kejadian ini menyoroti dugaan kelalaian aparat kepolisian dalam merespons laporan masyarakat terkait potensi ancaman.
Kasus ini menuai perhatian publik karena melibatkan anggota TNI AL sebagai pelaku. Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap motif di balik insiden tersebut.
Keluarga korban berharap aparat penegak hukum dapat mengusut tuntas kasus ini dan memastikan keadilan bagi mendiang IA.
Respons Aparat dan Kritik Publik
Insiden ini menimbulkan gelombang kritik terhadap prosedur penanganan laporan oleh pihak kepolisian.
Aktivis HAM dan pengamat hukum menilai, sikap meremehkan laporan masyarakat adalah bentuk kelalaian yang tak bisa ditoleransi, terutama dalam kasus yang menyangkut keselamatan jiwa.
Sementara itu, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi terkait tudingan kelalaian anggota SPKT Polsek Cinangka.
Di sisi lain, TNI AL menyatakan komitmennya untuk memberikan sanksi tegas kepada pelaku jika terbukti bersalah.
Keluarga korban kini tidak hanya menuntut keadilan, tetapi juga berharap agar kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi aparat penegak hukum untuk lebih waspada dan profesional dalam menangani laporan masyarakat.
“Nyawa ayah saya sudah tidak bisa kembali. Tapi saya berharap, ini jadi yang terakhir kali ada orang yang kehilangan nyawanya karena kelalaian seperti ini,” pungkas Agam penuh haru.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk meningkatkan responsivitas terhadap potensi ancaman demi mencegah tragedi serupa terulang.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













