Publikbicara.com – Penutupan pameran lukisan seniman senior asal Yogyakarta, Yos Suprapto, di Galeri Nasional Indonesia menuai kritik tajam dari berbagai pihak.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Bonnie Triyana, menyebut langkah tersebut sebagai preseden buruk yang mencoreng wajah kebebasan berekspresi di era pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Bonnie, keputusan Galeri Nasional, yang berada di bawah naungan Kementerian Kebudayaan, untuk membatalkan pameran Yos Suprapto menunjukkan lemahnya komitmen pemerintah dalam melindungi ruang berekspresi bagi seniman.
Ia menilai, pemerintah justru seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjamin kebebasan berkarya, bukan malah memberlakukan sensor yang menghambat kreativitas.
“Penutupan pameran ini adalah bentuk pelemahan terhadap kebebasan berekspresi. Pemerintah wajib memberikan ruang aman bagi seniman, bukan justru menciptakan ketakutan atau membungkam karya seni,” tegas Bonnie dalam keterangannya, Sabtu (21/12).
Kritik ini pun menggarisbawahi pentingnya peran negara dalam mendukung seni sebagai medium ekspresi dan edukasi masyarakat.
Pameran lukisan, terutama karya seniman senior seperti Yos Suprapto, dinilai memiliki nilai historis dan estetis yang dapat memperkaya wawasan budaya bangsa.
Namun, hingga berita ini diturunkan, pihak Galeri Nasional maupun Kementerian Kebudayaan belum memberikan pernyataan resmi terkait alasan penutupan pameran tersebut.
Langkah ini memunculkan spekulasi di tengah masyarakat tentang adanya unsur politis atau sensor berlebihan yang mengiringi keputusan tersebut.
Polemik ini menambah daftar panjang kontroversi yang mengiringi awal pemerintahan Prabowo-Gibran, khususnya dalam bidang kebudayaan.
Ke depan, masyarakat menunggu langkah tegas pemerintah untuk menjamin kebebasan berekspresi sebagai bagian dari nilai-nilai demokrasi yang terus dijunjung tinggi.
Sebagai negara dengan keragaman budaya yang kaya, Indonesia diharapkan dapat menjadi tempat yang mendukung penuh seniman dalam menyuarakan pikiran dan imajinasi mereka melalui karya seni.
Pertanyaan besarnya kini adalah: Apakah ruang seni di Indonesia akan tetap menjadi arena bebas ekspresi, ataukah justru terancam oleh regulasi dan sensor?***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













