Publikbicara.com – Israel memanfaatkan situasi kacau setelah jatuhnya rezim Bashar Al-Assad di Suriah dengan melancarkan serangan udara besar-besaran. Dalam waktu 48 jam, Angkatan Udara Israel dilaporkan melakukan 350 serangan yang menghancurkan infrastruktur militer Suriah.
Informasi ini disampaikan oleh juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, melalui unggahannya di platform X pada Selasa (10/12).
Menurut sumber keamanan regional dan pejabat militer Suriah yang diwawancarai Reuters, serangan ini nyaris melumpuhkan total kemampuan militer negara tersebut.
“Tidak ada yang tersisa dari aset tentara Suriah,” ujar sumber tersebut, menggambarkan intensitas serangan udara yang menghantam instalasi militer dan pangkalan udara di berbagai wilayah Suriah, termasuk Damaskus.
Serangan Paling Mematikan:
Serangan yang terjadi pada Selasa pagi disebut sebagai yang terdahsyat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan laporan media The Cradle, puluhan helikopter dan jet tempur hancur, begitu pula dengan aset Garda Republik yang menjadi salah satu andalan militer Suriah.
Laporan lainnya menyebut sekitar 80 persen aset militer Suriah hancur akibat serangan tersebut.
Sumber militer juga mengungkapkan bahwa target serangan mencakup depot rudal, fasilitas manufaktur senjata, tank, radar, drone, hingga kapal angkatan laut.
Bahkan, pusat penelitian Kementerian Pertahanan Suriah di Barzeh, Damaskus, dilaporkan rata dengan tanah.
Tak hanya lewat udara, Israel juga melibatkan Angkatan Lautnya. Pada Senin, gelombang serangan menghancurkan armada angkatan laut Suriah di Teluk Minet al-Beida dan Pelabuhan Latakia yang berada di garis pantai Suriah.
Rezim Assad Runtuh Tanpa Perlawanan:
Kekacauan ini bermula pada Sabtu (7/12), ketika kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil memasuki ibu kota Damaskus tanpa perlawanan berarti.
Runtuhnya pemerintahan Assad menciptakan kekosongan kekuasaan yang dimanfaatkan Israel untuk meningkatkan operasinya.
Selain serangan militer, Israel juga bergerak cepat untuk memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan, termasuk wilayah zona penyangga yang sebelumnya memisahkan pasukan Suriah dan Israel.
Krisis yang terjadi ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas di kawasan tersebut, dengan Suriah kini menghadapi ancaman ganda: konflik internal dan serangan eksternal dari Israel.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran besar di tingkat regional, dengan banyak pihak mempertanyakan bagaimana masa depan keamanan di Timur Tengah akan berkembang.**
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













