Publikbicara.com – Keberangkatan ratusan kepala desa (kades) dari Kabupaten Bogor untuk mengikuti bimbingan teknis (bimtek) ke Bali menjadi sorotan banyak pihak.
Kegiatan ini memunculkan polemik di kalangan masyarakat, terutama terkait urgensi, transparansi anggaran, dan manfaat nyata bagi pembangunan desa.
Dalam situasi di mana masyarakat pedesaan sedang menghadapi berbagai tantangan ekonomi, perjalanan ke Bali ini dianggap tidak sensitif.
Banyak yang mempertanyakan apakah bimtek tersebut benar-benar relevan dan berdampak positif terhadap kemajuan desa, ataukah hanya sekadar tamasya dengan kedok pelatihan.
Ra Dien: Sejarah dan Budaya Tersisihkan
Di sisi lain, hal terkait sejarah dan budaya lokal seperti Pendopo eks Kewedanaan Jaisinga, sebuah situs budaya di Kabupaten Bogor, justru seolah terabaikan.
Ra Dien, menilai sejarah besar kini menghadapi ancaman kehilangan jati diri akibat minimnya perhatian dari para pemangku kebijakan.
Menurut pengamat budaya setempat, anggaran untuk kegiatan seperti bimtek semestinya dapat dialokasikan untuk pelestarian situs budaya, pengembangan infrastruktur lokal, atau pemberdayaan masyarakat desa.
“Bali memang punya daya tarik budaya, tapi jangan sampai kita lupa potensi sejarah dan budaya lokal yang membutuhkan perhatian,” Ra Dien. Jasinga, (05/12/2024).
Melalui polemik ini, masyarakat berharap agar prioritas pembangunan desa dapat diarahkan pada hal-hal yang lebih substansial.
Menghargai dan melestarikan sejarah, serta mendukung kemajuan ekonomi lokal dinilai jauh lebih penting daripada sekadar pelatihan di luar daerah yang manfaatnya belum jelas.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













