Publikbicara.com – Selasa, 2 Desember 2024, suasana Bogor yang diguyur hujan menjadi saksi pertemuan tak terduga antara penulis dengan seorang warga Baduy Dalem dari Cikeusik, Banten.
Sosoknya sederhana, mengenakan pakaian khas adat Baduy, membawa beberapa botol madu hasil alam dari kampung halamannya.
Dalam perbincangan hangat di tengah cuaca dingin, ia menceritakan perjalanan panjangnya dari Cikeusik ke Bogor.
“Perjalanan dari Cikeusik ke sini (Bogor) tiga hari, cuma bawa 10 botol madu,” ungkapnya sambil tersenyum. Meski enggan menyebutkan namanya, semangatnya untuk berdagang demi menghidupi keluarga terasa sangat kuat.
Perjuangan ini mengingatkan kita akan pentingnya keberanian untuk keluar dari zona nyaman.
Dengan tekad yang besar, ia menempuh jarak ratusan kilometer demi menawarkan madu murni yang menjadi kebanggaan komunitas Baduy.
“Madu ini diambil langsung dari hutan, tanpa campuran. Kami jaga kualitasnya, karena ini bukan cuma untuk dijual, tapi juga bagian dari tradisi kami,” tambahnya.
Kehadirannya di Bogor menjadi inspirasi tersendiri. Di tengah tantangan zaman modern, ia membawa pesan tentang kesederhanaan, kejujuran, dan kerja keras.
Semangat seperti ini patut menjadi teladan, bahwa untuk bertahan hidup diperlukan usaha dan keberanian.
Perjalanan warga Baduy Dalem ini juga menggambarkan bagaimana tradisi dan budaya lokal tetap bisa beradaptasi dalam dunia modern tanpa kehilangan esensinya.
Di bawah rinai hujan Bogor, cerita perjuangannya tak hanya menyentuh hati, tetapi juga mengingatkan kita untuk lebih menghargai apa yang dimiliki dan berani menghadapi tantangan hidup.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













