Publikbicara.com – Dunia kembali menahan napas saat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia mencapai titik krusial.
Kedua kekuatan besar ini semakin dekat dengan kemungkinan konflik militer langsung, sebuah situasi yang diungkap oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam wawancaranya dengan media Turki yang dipublikasikan pada Jumat (1/11/2024) kemaren.
Lavrov menegaskan bahwa hubungan antara Washington dan Moskow telah berada di ambang konflik serius.
Menurutnya, gesekan ini tak terlepas dari rentetan peristiwa global yang memanas, termasuk situasi di Timur Tengah.
Dalam wawancara itu, Lavrov menyoroti pentingnya penghentian kekerasan untuk membuka jalan bagi kemerdekaan Palestina.
“Tidak ada yang akan menang dalam perang yang berkepanjangan,” tegasnya, menggarisbawahi besarnya ancaman konflik yang bisa melibatkan berbagai negara.
Pilpres AS Tidak Banyak Pengaruh, Sikap Tetap Sama
Dalam pandangan Lavrov, hasil Pemilihan Presiden AS yang akan berlangsung pekan depan tak akan banyak mengubah peta geopolitik, khususnya sikap AS terhadap Rusia.
“Kami tidak memiliki preferensi,” katanya, mengingatkan bahwa di bawah pemerintahan Donald Trump, jumlah sanksi anti-Rusia mencapai rekor tertinggi.
Lebih lanjut, Lavrov menyatakan bahwa, terlepas dari hasil pemilu, sentimen anti-Rusia di AS tidak akan berubah.
“Siapa pun pemenangnya, kami tidak melihat tanda-tanda perubahan dalam kebijakan Amerika terhadap Rusia,” tambahnya.
Trump dan Putin: Hubungan Ambigu yang Strategis
Meskipun Donald Trump sering menunjukkan simpati kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, hubungan keduanya cenderung rumit dan penuh nuansa.
Pekan lalu, Putin mengisyaratkan bahwa hubungan antara Moskow dan Washington akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan AS pasca-pemilu.
Ia bahkan menyambut baik keinginan Trump untuk mengakhiri konflik di Ukraina, menyebutnya sebagai pernyataan “tulus”.
Kini, dunia menanti dengan cemas apa yang akan terjadi selanjutnya.
Akankah ketegangan ini berujung pada konfrontasi terbuka atau justru menjadi peluang bagi diplomasi?
Jawabannya, mungkin, terletak pada langkah selanjutnya dari dua negara yang memiliki pengaruh besar dalam tatanan global ini.***
Ikuti saluran Publikbicara.com di WhatsApp Follow













