Publikbicara.com – Harga emas kembali mencatatkan prestasi luar biasa dengan menyentuh all-time high (ATH) baru di angka US$2.620/oz pada Jumat (20/3).
Lonjakan sebesar +1,3% ini dipicu oleh keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk memulai siklus pemangkasan suku bunga, dengan pengurangan 50 basis poin (bps) yang diumumkan pada Rabu (18/9).
Langkah agresif The Fed ini tidak hanya berakhir di sini. Bank sentral AS tersebut memproyeksikan akan melakukan pemangkasan suku bunga tambahan sebesar -50 bps lagi hingga akhir 2024, diikuti oleh -100 bps pada tahun 2025, dan -50 bps di sepanjang 2026.
Kebijakan ini menciptakan sentimen positif bagi aset safe-haven seperti emas, yang kini menjadi pilihan utama para investor untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Kenaikan Drastis Sepanjang 2024
Tahun 2024 tampaknya menjadi tahun emas bersinar terang, dengan kenaikan harga mencapai +27% sepanjang tahun ini.
Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak 2010, menggarisbawahi betapa berpengaruhnya kebijakan moneter The Fed terhadap pasar komoditas global.
Tidak mengherankan jika emas kini menjadi salah satu instrumen investasi paling dicari.
Manfaat bagi Emiten Produsen Emas
Kenaikan harga emas ini membawa angin segar bagi emiten produsen emas di Indonesia, seperti $BRMS, $PSAB, $MDKA, $ANTM, dan $ARCI. Dengan harga jual rata-rata (ASP) yang berpotensi meningkat, perusahaan-perusahaan ini bisa menikmati margin laba yang lebih besar.
Kondisi ini diharapkan dapat memperkuat kinerja keuangan mereka di tengah tren harga emas yang terus menguat.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas kembali membuktikan diri sebagai instrumen investasi yang tangguh, dan peluang bagi investor maupun emiten produsen emas tampak semakin cerah.***