Beranda Kesehatan Mengubah Pola Makan Anak: Menghindari Bahaya Hidangan Cepat Saji

Mengubah Pola Makan Anak: Menghindari Bahaya Hidangan Cepat Saji

Publikbicara.com – Banyak orang tua tak menyadari bahwa kebiasaan makan hidangan cepat saji dapat membawa dampak buruk terhadap kesehatan anak-anak mereka.

Hal ini diperparah oleh stigma yang masih melekat di masyarakat Indonesia bahwa anak gemuk itu lucu.

Oleh karena itu, banyak orang tua terus memberikan makanan yang disukai anak-anak mereka tanpa mempedulikan kandungan nutrisinya.

Baca Juga :  Pemulihan Layanan Global: Kesalahan Pembaruan Perangkat Lunak Picu Kekacauan

Namun, gemuk tidak selalu berarti lucu atau sehat. Anak yang gemuk sering kali berada dalam kondisi kelebihan berat badan atau obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko untuk mengidap diabetes.

Secara umum, terdapat dua jenis fatty liver: nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan alcoholic fatty liver disease (AFLD).

NAFLD adalah penumpukan lemak di hati pada orang yang tidak memiliki riwayat konsumsi alkohol, sementara AFLD disebabkan oleh kebiasaan konsumsi alkohol.

Penyebab fatty liver sangat beragam, mulai dari obesitas, malnutrisi, faktor genetik, usia yang semakin tua, riwayat penyakit hepatitis C, kadar kolesterol yang tinggi, hingga gangguan tidur seperti sleep apnea.

Baca Juga :  Peluang Emas di Dunia Agribisnis Indonesia: Ayo Mulai Sekarang!

Penyakit ini memiliki gejala yang harus diwaspadai oleh para orang tua. Tanda-tandanya termasuk perut membengkak, pelebaran pembuluh darah di bawah permukaan kulit, pembesaran payudara pada anak laki-laki, telapak tangan yang kemerahan, serta kulit dan mata yang terlihat kekuningan.

Beruntung, penyakit tersebut terdeteksi pada usia muda Adhiramsyah Choesin. Dokter hanya meminta untuk menjaga asupan makanan dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Adhiramsyah kemudian bertekad untuk mengubah gaya hidupnya dengan berhenti mengonsumsi makanan cepat saji yang sangat disukainya.

Baca Juga :  AC Milan Rekrut Alvaro Morata: Gebrakan Besar di Bursa Transfer Musim Panas

“Jadi pas SMA itu sekitar dua sampai tiga tahun gak makan junk food, goreng-gorengan, manis-manis sampai kondisi tubuh aku stabil,” jelas pria yang kini berusia tiga puluhan itu.

Belajar dari pengalaman buruknya, Adhiramsyah mulai memperhatikan kesehatan anaknya sedini mungkin.

Karena anaknya baru berusia satu tahun, Adhiramsyah tidak memaksakan perubahan yang drastis, tetapi lebih memperhatikan pola makan yang lebih sehat sejak dini.

Artikulli paraprakPemulihan Layanan Global: Kesalahan Pembaruan Perangkat Lunak Picu Kekacauan
Artikulli tjetërKenaikan Upah Minimum 2024: Jawa Barat Mendapat Kenaikan Signifikan dari Presiden Jokowi