Beranda Internasional Wan Azizah Politikus Perempuan Paling Berpengaruh di Malaysia

Wan Azizah Politikus Perempuan Paling Berpengaruh di Malaysia

Publikbicara.com — Sosok Wan Azizah Wan Ismail menjadi sorotan setelah Anwar Ibrahim terpilih sebagai Perdana Menteri Malaysia ke-10 pada Kamis (24/11).

Setelah suaminya dilantik sebagai PM baru Malaysia, Wan Azizah pun otomatis menjadi Ibu Negara baru Negeri Jiran. Perempuan 69 tahun itu juga terus terlihat mendampingi Anwar dalam pelantikan dan konferensi pers perdana sang suami sebagai PM kemarin. Dilansir dari CNN Indonesia.com

Wan Azizah yang dikenal sebagai Kak Wan merupakan salah satu politikus perempuan paling berpengaruh di Negeri Jiran.

Wan Azizah pernah menjabat sebagai Menteri Urusan Wanita hingga Wakil PM Malaysia ke-12. Dia pun mencetak sejarah sebagai Wakil PM perempuan pertama Malaysia dan perempuan pertama yang pernah menjabat sebagai ketua koalisi oposisi Negeri Jiran.

Dikutip Malaysiakini, Dua posisi itu menjadi jabatan tertinggi yang pernah diduduki oleh seorang politikus perempuan di Malaysia.

Wan Azizah sebetulnya tidak datang dari latar belakang politik. Ibu dari enam anak itu sebetulnya merupakan seorang dokter yang praktik di rumah sakit pemerintah selama belasan tahun.

Namun, Wan Azizah terpaksa meninggalkan karier suksesnya sebagai dokter saat Anwar diangkat sebagai orang nomor dua Negeri Jiran mendampingi mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad pada 1993 silam.

Seperti kebanyakan istri pejabat publik, Wan Azizah menjadi banyak terlibat dalam kegiatan sosial yang berfokus pada kesejahteraan rakyat tertutama perempuan dan anak-anak.

Namun, kehidupan tenangnya di balik layar sebagai seorang istri wakil PM Malaysia mendadak runtuh ketika suaminya dipecat Mahathir pada September 1998 lalu. Mahathir disebut memecat Anwar karena berselisih pendapat soal penanganan krisis ekonomi global yang saat itu menimpa Malaysia.

Baca Juga :  Nama Ajat Jatnika, Asnan, dan Irwan Mencuat Jadi Kandidat Kuat Sekda Kabupaten Bogor

Tak sampai di situ, Mahathir bahkan memenjarakan Anwar dengan tuduhan korupsi dan sodomi pada 1999. Bukan hanya Anwar, saat itu Mahathir juga menahan sedikitnya 100 politikus, akademisi, hingga aktivis dari kalangan oposisi.

Sejak itu, kehidupan Wan Azizah, ibu enam anak, berubah 180 derajat. Cobaan yang menimpa Anwar itu memaksa Wan Azizah terjun langsung ke dunia politik demi memperjuangkan keadilan bagi keluarga, terutama suaminya.

Keluarga dan pendukung Anwar menganggap tuduhan korupsi dan sodomi hanya konspirasi tingkat tinggi untuk membungkam pria kelahiran 1947 itu yang bersumpah akan mengungkap korupsi yang dilakukan rezim Mahathir

Terjun ke Politik Demi Bela Suami
Pada 1999 Wan Azizah mulai membentuk gerakan pro-demokrasi seperti Gerakan Reformasi. Dia juga menjadi pemimpin organisasi non-profit, Gerakan Keadilan Sosial (ADIL) sebelum membantu mendirikan Partai Keadilan Rakyat (PKR), buatan suaminya.
Saat itu, PKR didirikan dengan tujuan mereformasi dan mendemokrasikan sistem politik Malaysia hinnga memperoleh kursi di parlemen. Tujuan Wan Azizah saat itu hanya satu, membebaskan suaminya.

Tak hanya di dalam negeri, Wan Azizah, yang merupakan lulusan terbaik Royal College of Surgeons di Irlandia, berupaya menggalang dukungan dari luar negeri untuk memberi tekanan kepada Mahathir supaya membebaskan Anwar.

Saat itu, Presiden Filipina Joseph Estrada, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia (MPR) Amien Rais, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Madeleine K Albright hingga Amnesty Internasional mendukung perjuangannya.

Baca Juga :  Mengarungi Gelombang Ampunan: Sholat Taubat sebagai Jalan Kembali kepada Allah

Wan Azizah terus menegaskan eksistensinya di dunia politik dengan mengikuti pemilihan umum parlemen 1999 bersama PKR. Saat itu PKR berhasil mengamankan lima kursi di parlemen.

Di tahun yang sama, Wan Azizah juga berhasil terpilih sebagai anggota parlemen perwakilan daerah Permatang Pauh yang sebelumnya diisi Anwar. Dia berhasil mempertahankan posisinya itu di pemilu 2004.

Pada pemilu 2008, Wan Azizah juga berhasil memenangkan kursi parlemen untuk daerah Permatang Pauh dengan dukungan 13.388 suara. Dia juga mendapat dukungan penuh dari seluruh partai koalisi Pakatan Harapan, untuk memimpin oposisi di majelis rendah parlemen.

Dia juga sempat terpilih menjadi anggota Majelis Umum Legislatif Selangor untuk wilayah Kajang pada 2014 lalu. Di pemilu 2015, Wan Azizah kembali bersaing memenangkan satu kursi parlemen untuk wilayah Permatang Pauh setelah suaminya, Anwar, didiskualifikasi karena kembali terjerat kasus sodomi dan masuk penjara lagi.

Pada 2018, Mahathir meminta Raja Malaysia mengampuni Anwar agar dibebaskan demi membentuk koalisi partai Pakatan Harapan untuk mengalahkan eks PM Najib Razak dalam pemilu.

Saat itu, Wan Azizah dipercaya menjabat sebagai Presiden Pakatan Harapan hingga kini. Setelah Pakatan Harapan menang pemilu, Mahathir, orang yang pertama menjebloskan suaminya ke penjara, didapuk menjadi PM Malaysia.

Sementara itu, Mahathir memilih Wan Azizah sebagai wakilnya.

Artikulli paraprakPeduli Gempa Cianjur, Musisi Bogor Barat Galang Donasi
Artikulli tjetërDaftar Jalan Tol Baru di Jawa Barat, Siap Beroperasi Akhir Tahun 2022