Beranda Kesehatan Meski Nikmat Disantap Makan Gorengan Saat Buka Puasa Ada Bahayanya, Berikut Penjelasannya

Meski Nikmat Disantap Makan Gorengan Saat Buka Puasa Ada Bahayanya, Berikut Penjelasannya

Jakarta,Publikbicara.com – Gorengan memang nikmat saat disantap untuk berbuka puasa. Meski begitu, Anda perlu tahu bahwa ada bahaya di balik kebiasaan banyak makan gorengan.

Gorengan memang selalu menggugah selera. Rasa gurih dan teksturnya yang renyah bikin banyak orang ingin lagi dan lagi mengonsumsi gorengan.

 

Ada banyak jenis gorengan, mulai dari bakwan hingga combro. Hampir semua jenis gorengan terbuat dari tepung yang dicampur dengan bahan-bahan lain seperti sayur, tahu, tempe, dan masih banyak lagi.

 

 

 

Selain tinggi kalori, gorengan juga mengandung lemak jenuh yang tinggi. Lemak jenuh didapat dari minyak goreng yang digunakan untuk mengolah gorengan.

 

Dibandingkan dengan metode memasak lainnya, menggoreng bisa menambahkan banyak kalori dalam makanan. Jumlah kalori pada makanan yang digoreng akan jauh lebih tinggi daripada makanan yang dimasak dengan metode lain.

 

Misalnya saja, 100 gram kentang panggang mengandung 93 kalori dan 0 gram lemak. Sedangkan dalam 100 gram kentang goreng terkandung 319 kalori dan 17 gram lemak.

 

Bahaya Banyak Makan Gorengan

 

Sejumlah penelitian telah menemukan bahaya makanan yang digoreng untuk kesehatan. Sebuah studi pada 2019 bahkan menemukan asupan gorengan dapat meningkatkan risiko kematian dini.

Baca Juga :  Kebijakan PPN Naik 12%! Berikut Daftar Barang dan Jasa yang Tidak Terdampak : Kebutuhan Dasar Masyarakat Aman

 

Mengutip Medical News Today, penelitian membuktikan bahwa makan gorengan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe-2. Kedua penyakit ini dikenal sebagai penyakit yang banyak menyebabkan kematian.

 

Peneliti menemukan, makan setidaknya satu porsi ayam goreng per hari dapat meningkatkan risiko kematian hingga 13 persen.

 

Mengutip Healthline, berikut bahaya banyak makan gorengan.

 

  1. Meningkatkan risiko penyakit jantung

Makan gorengan dapat meningkatkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko obesitas. Kesemuanya merupakan faktor risiko penyakit jantung.

 

Dua penelitian besar menemukan bahwa semakin sering seseorang mengonsumsi gorengan, maka semakin tinggi risiko mereka terkena penyakit jantung.

 

Sebuah studi menemukan, perempuan yang mengonsumsi satu atau lebih ikan goreng per minggu memiliki risiko gagal jantung 48 persen lebih tinggi daripada mereka yang hanya mengonsumsi 1-3 ikan goreng per bulan.

 

  1. Meningkatkan risiko diabetes

Sejumlah penelitian menemukan bahwa asupan gorengan dapat meningkatkan risiko diabetes tipe-2.

 

Sebuah studi mencatat, orang yang mengonsumsi makanan cepat saji dua kali per minggu ditemukan dua kali lebih mungkin untuk mengalami resistensi insulin.

 

Studi lain menemukan, konsumsi 4-6 porsi gorengan per minggu membuat seseorang 39 persen lebih mungkin terkena diabetes tipe-2.

Baca Juga :  Semarak Ramadhan Kwatir Ranting Pramuka Cigudeg dengan Kegiatan "Rantang Ramadan Pramuka"

 

 

 

  1. Meningkatkan risiko obesitas

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, makanan yang digoreng mengandung lebih banyak kalori daripada makanan yang diracik dengan metode lain.

 

Dengan demikian, makan gorengan dapat meningkatkan asupan kalori secara signifikan. Hal ini jelas membuat seseorang berisiko mengalami kenaikan berat badan.

 

Hal yang sama juga dipicu oleh kadar lemak jenuh yang tinggi pada gorengan. Lemak jenuh dapat memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan dan penyimpanan lemak, yang kemudian membuat seseorang mengalami kelebihan berat badan.

 

  1. Mengandung senyawa berbahaya

 

Bahaya banyak makan gorengan selanjutnya disebabkan oleh akrilamida, senyawa berbahaya yang terdapat di dalam makanan yang digoreng.

 

Akrilamida merupakan zat beracun yang dapat terbentuk dalam makanan yang dimasak dalam suhu tinggi seperti menggoreng dan memanggang. Akrilamida dibentuk oleh reaksi kimia antara gula dan asam amino.

 

Makanan bertepung dan makanan yang dipanggang biasanya memiliki konsentrasi akrilamida yang tinggi. Penelitian pada hewan menemukan bahwa akrilamida berpotensi meningkatkan risiko kanker.

 

 

 

Sumber: CNN Indonesia.com

Artikulli paraprakIngin Buka Puasa Tanpa Minyak? Sate Taichan Bisa jadi Pilihan, Berikut Resepnya
Artikulli tjetërResep Buka Puasa Praktis Hari ini: Puding Susu Turki