Beranda News Pada 2024, Pemerintah Targetkan Ekspor Bumbu Rempah Rp28 Triliun

Pada 2024, Pemerintah Targetkan Ekspor Bumbu Rempah Rp28 Triliun

JAKARTA- Pemerintah menargetkan ekspor bumbu rempah senilai US$2 miliar atau setara Rp28,5 triliun (kurs Rp14.250) hingga 2024 mendatang. Selain itu, pemerintah menargetkan akan membuka 4.000 restoran kuliner RI di berbagai belahan dunia.
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan kedua target tersebut merupakan bagian dari program pemerintah mengangkat kuliner nusantara di kancah internasional.

“Melalui Indonesia Spice Up The World, kami optimis menargetkan ekspor bumbu rempah mencapai US$2 miliar dan 4.000 restoran Indonesia hadir di mancanegara di 2024,” jelas Luhut dalam Rakornas Kemenparekraf, Senin (27/9).

Selain soal kuliner, ia menyatakan pemerintah juga sedang mempersiapkan konsep medical tourism atau wisata medis. Di sisi lain, ia mengaku pemerintah juga sedang melirik industri game (gim) dalam negeri.

Menurut Luhut potensi industri gim sangat besar mencapai US$2 miliar bila dapat digarap maksimal.

“Untuk itu saya berpesan kepada seluruh kepala daerah mari dukung masyarakat kita untuk mampu menghadirkan layanan wisata sekaligus menghadirkan produk premium di daerah kita masing-masing, kuasai dan manfaatkan teknologi yang ada untuk menguasai pasar,” bebernya.

Baca Juga :  Rekomendasi Smartwatch Samsung : Dari Fitur Hingga Harga

Potensi gim online sebelumnya juga pernah disinggung oleh Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga. Dia mengungkapkan Indonesia memiliki potensi pasar gim daring yang besar mengingat tingginya penetrasi digital.

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah serius untuk mengembangkan industri gaming dengan mendorong pada programmer lokal untuk memproduksi game online yang menarik.

“Beberapa waktu lalu kami datang ke kreator game online itu 100 persen karya anak bangsa, orang kita sendiri yang buat dan mereka sudah banyak memiliki followers, mengadakan kompetisi yang artinya mempunyai komunitas,” ujarnya dalam BRI Group Economic Forum 2021, Kamis (28/1).

Menurut Jerry, jika game online yang dimainkan lebih banyak besar dari luar negeri, hal tersebut akan memberatkan neraca pembayaran Indonesia lantaran banyaknya uang yang lari ke luar negeri.

Sebagai gambaran, orang yang akan bermain game online akan mengunduh game yang biasanya gratis. Namun ketika telah menggandrungi game tersebut, maka ia rela membeli fitur-fitur dalam game berapa pun harganya.
“Memang murah 1 dolar atau mungkin Rp10 ribu sampai Rp15 ribu, tapi bayangkan yang membeli fitur itu 1 juta, 10 juta orang bahkan mungkin 50 juta itu bisa dilihat nilainya,” jelasnya.

Baca Juga :  Mengenal Dampak Positif Negatif Mengisi Bahan Bakar Mobil Hingga Penuh : Yuk Simak Untuk Peforma Kendaraan Anda

Karena hal itu pula lah, menurut Jerry, negara-negara lain seperti Korea Selatan bisa mengkapitalisasi potensi game online tersebut.

“Berkaca pada Korea Selatan dan lain bisa mengkapitalisasi dari situ, kalau kita pahami definisi ekspor bisa keluar masuk barang produk dan jasa, game online masuk di dalamnya, dan itu memberikan penghasilan dan juga manfaat yang luar biasa,” ujarnya.

Jumlah pemain gim di Indonesia memang cukup besar. Newzoo, lembaga riset gim dan e-sport yang berbasis di Belanda, mencatat total gamers Indonesia mencapai 100 juta orang, nyaris setengah dari total pemain gim di Asia Tenggara yang mencapai 248 juta orang pada 2019.

Meski demikian, total pendapatan industri gim daringnya hanya sebesar US$1,31 miliar. Sementara Korea Selatan, yang jumlah pemainnya hanya 50 juta orang, pendapatan dari industri game online mencapai US$6,76 miliar.

Sumber: CNN Indonesia.com

Artikulli paraprakRasa Syukur, Peternak Blitar Bagikan Ayam dan Telur Secara Gratis
Artikulli tjetërKades Curug Tak Menyangka Ada Warganya Ditangkap Polisi Diduga Terkait Pembunuhan Ustadz