Beranda Daerah 18 Bulan Korban Bencana Alam Sukajaya Menempati Huntara, Menanti Kejelasan Huntap

18 Bulan Korban Bencana Alam Sukajaya Menempati Huntara, Menanti Kejelasan Huntap

SUKAJAYA – Ribuan korban bencana alam tanah longsor yang menerjang wilayah Kecamatan Sukajaya pada awal Januari 2020 lalu yang hingga kini masih tinggal di Hunian Sementara (Huntara) kondisinya sangat memprihatinkan.

Bahkan, warga korban bencana alam tersebut meminta kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor serius mendorong pembangunan relokasi Hunian Tetap (Huntap)

Dikutip dari Publikbicara.com, salah satu warga terdampak bencana Ida (33) yang juga merupakan warga Desa Cileuksa menyampaikan, bahwa hingga kini dirinya masih menantikan pembangunan Hunian Tetap (Huntap) agar segera di Relokasi.

“Saya dan anak-anak sering ketakutan saat petir menyambar tiada henti dan hujan deras mengguyur. Hujan angin yang disertai petir turun hampir terjadi setiap harinya, sehingga membuat anak-anak dan warga lainnya yang menempati huntara ini menjadi was-was, karena huntara ini atap nya dari baja ringan sehingga rawan sambaran petir,” keluhnya kepada wartawan pada, Jumat (20/8/21).

Baca Juga :  Oasis Gastronomi : Laku Grill And Coffee, Cafe Recomended di Ciampea Bogor

Senada dengan Ida, warga lain yang menempati Huntara Mirna (40) mengatakan, bahwa dirinya sudah menempati Huntara selama 18 Bulan, meski mengaku jenuh namun ia terpaksa tinggal di Huntara meskipun banyak atapnya yang bocor.

“Sambaran petir akibat hujan deras dan angin kencang ini sangat menghantui warga penghuni huntara korban bencana longsor. Kami dan warga penguhuni huntara lainnya harus was was dan takut setiap hujan dan petir datang,” ungkap Mirna.

Dengan penuh harapan Mirna meminta kejelasan Pemerintah Kabupaten Bogor kapan ia dan ribuan penghuni Huntara akan direlokasi ke Huntap.

“Kapan rumah relokasi hunian tetap akan segera dibangun oleh Pemerintah, kami bersama warga lainnya sangat mendambakan rumah yang layak, sehat dan nyaman untuk ditempati bersama keluarga,” pintanya.

Terpisah, Kepala Desa Cileuksa Ujang Ruhyadi menyampaikan, bahwa kegelisahan warga penghuni Huntara terlebih saat hujan turun, pasalnya bangunan berukuran 3×6 menggunakan atap dari baja ringan itu menambah ke khawatiran warga akan bahaya sambaran petir.

Baca Juga :  Wanhay Ungkap Strategi Partai Golkar Kabupaten Bogor: Konsolidasi dan Koalisi Menuju Pilkada 2024

Dengan ukuran 3×6 rumah huntara yang dihuni 4 orang warga itu menurutnya sangat kecil dan pengap, sehingga tidak layak kalau terlalu lama ditempati. Karena dinding yang terbuat dari asbes ini dapat lembab apalagi ditambah atap nya banyak yang sering bocor saat hujan turun.

“Sangat tidak layak kalau terlalu lama menempati huntara, karena kondisi seperti ini dapat mengancam kesehatan bagi anak-anak dan balita,” jelasnya.

Lanjut, Ujang Ruhyadi menambahkan, ada sekitar 1500 Kepala Keluarga (KK) sudah hampir 18 bulan menempati Huntara dengan kondisi cukup memprihatinkan.

“Gubuk huntara berukuran 3×6 ini hanya memiliki satu ruangan saja sehingga terpaksa harus tidur bersamaan dengan istri dan anak-anak hingga saling berdesakan dengan ruangan yang sangat sempit itu,” tukasnya. (Fahri/Agus Komeng)

Artikulli paraprakMemprihatinkan, Ribuan Warga Terdampak Bencana Alam di Sukajaya Masih Tinggal di Hunian Sementara
Artikulli tjetërWarga di Desa Pangkaljaya Manfaatkan Lahan Pekarangan Rumah Tanami Sayuran