Beranda Nasional Yusril Ihza Mahendra Ungkap Detik-Detik Soeharto Lengser 23 Tahun Lalu

Yusril Ihza Mahendra Ungkap Detik-Detik Soeharto Lengser 23 Tahun Lalu

JAKARTA — Yusril Ihza Mahendra mengungkap detik-detik Presiden Soeharto lengser, runtuhnya Orde Baru dan dimulainya Reformasi pada 23 tahun lalu. Kala itu dia menjabat Asisten Menteri Sekretariat Negara (Mensetneg).

Yusril mengatakan Soeharto mengundang sembilan orang tokoh masyarakat ke Istana pada 19 Mei 1998. Ia meminta para tokoh untuk bergabung dengan Komite Reformasi. Komite itu bertugas merumuskan pemerintahan usai Soeharto lengser.

Sembilan tokoh yang hadir saat itu adalah Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib, Ma’ruf Amin, Ahmad Bagja, Alie Yafie, Anwar Harjono, Ilyas Rukhyat, Malik Fadjar, dan Soetrisno Muhdam. Sembilan orang itu menolak pinangan Soeharto.

“Saya bilang, ‘Pak, ini situasi sudah sangat begini. Apa enggak lebih baik Bapak memikirkan untuk mengundurkan diri?’ Beliau bilang, ‘Ya, saya juga sudah mau lengser, cuma bagaimana caranya supaya tidak menimbulkan kekacauan?'” kata Yusril saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (20/5).

Soeharto masih ngotot lengser setelah pembentukan Komite Reformasi. Yusril dan sejumlah pejabat Setneg pun bingung. Pasalnya, hanya 3 dari 45 orang tokoh yang bersedia ikut dalam Komite Reformasi.

Keesokan harinya, 20 Mei 1998, keadaan tambah runyam. Sebanyak 14 menteri Kabinet Pembangunan ke-VII mengundurkan diri. Akbar Tanjung yang menyerahkan surat pengunduran diri ke Soeharto lewat Yusril.

Baca Juga :  Alarm Merah di Gunung Ruang: Status Dinaikkan Menjadi Level IV Awas

Yusril pun mengantar surat itu ke kediaman Soeharto di Cendana, Jakarta Pusat, malam harinya. Soeharto membaca surat itu di dalam kamar. Lalu, ia memutuskan untuk mengakhiri Orde Baru.

“Pak Harto bilang, ‘Kalau sudah begini, ya sudah enggak bisa. Ya sudah, mundur saja. Kamu persiapkan bagaimana saya mundur,”” tutur Yusril menirukan Soeharto.

Yusril dan sejumlah pejabat Setneg pun menyusun skenario akhir kepemimpinan Soeharto. Setelah perdebatan, mereka memilih opsi Soeharto mengumumkan untuk berhenti dari jabatan presiden.

Opsi itu diambil karena tak perlu persetujuan DPR RI. Opsi itu juga tidak harus menunggu Sidang Istimewa MPR RI yang hampir mustahil digelar kala itu.

Pada 21 Mei 1998 dini hari, Yusril menelepon Ketua Mahkamah Agung Sarwata bin Kertotenoyo. Sarwata diminta hadir di Istana pagi hari untuk melantik Habibie sebagai Presiden RI.

Pagi hari, sekitar 05.30 WIB, Yusril menyerahkan naskah pidato ke Soeharto. Lalu, Soeharto ingin menambah sejumlah teks dalam pidato, termasuk pemohonan maaf ke rakyat Indonesia.

Baca Juga :  AMAJA Dukung Jaro Ade sebagai Kandidat Bupati Bogor 2024-2029. Nino : Kami Percaya Kepemimpinan JA Dapat Membawa Perubahan

Mereka lalu bertolak ke Istana. Soeharto hadir didampingi Mbak Tutut, anak sulungnya. Ia hadir menggunakan safari abu-abu gelap dengan peci di kepala.

Yusril Ihza Mahendra menjadi saksi ketika Soeharto memutuskan berhenti dari jabatan presiden usai belasan menteri mengundurkan diri dari kabinet (CNN Indonesia/Artho Viando)
Sekitar pukul 09.00 WIB, Soeharto berpidato di Ruang Jepara. Pidato itu disiarkan ke seluruh negeri oleh para awak media.

“Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945, dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998,” kata Soeharto membaca teks pidato buatan Yusril.

Seelah Soeharto lengser, Habibie dilantik jadi Presiden RI. Soeharto menyalami para pejabat negara yang hadir. Dia lalu meninggalkan Istana sesaat setelahnya.

“Saya menyaksikan terakhir Pak Harto keluar dari Istana dan tidak pernah kembali lagi sampai meninggal,” ujar Yusril.

Sumber:Cnn indonesia

Artikulli paraprakSelamat Tinggal Internet Explorer
Artikulli tjetër7 Juni 2021, DKI Uji Coba Sekolah Tatap Muka