Beranda Kesehatan Anika, Bocah 14 Tahun Berhasil Menemukan Terapi Corona

Anika, Bocah 14 Tahun Berhasil Menemukan Terapi Corona

Jakarta – Seorang perempuan berusia 14 tahun bernama Anika Chebrolu berhasil menemukan terapi potensial untuk pasien yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 dan memenangkan uang ratusan juta.

Atas keberhasilannya itu, ia didaulat sebagai pemenang 3M Young Scientist Challenge tahun 2020 yang berhadiah US$25 ribu atau Rp366 juta (kurs Rp14.643).

Anika menggunakan metodologi in-silico untuk menemukan molekul yang secara selektif dapat mengikat protein spike virus SARS-CoV-2 dalam upaya menemukan obat untuk pandemi Covid-19.

Anika yang merupakan keturunan India-Amerika sebenarnya tidak menggunakan metode in-silico untuk menemukan terapi potensial untuk Covid-19. Kala itu, metode itu hanya digunakan untuk mengidentifikasi senyawa timbal yang dapat mengikat protein virus corona biasa.

“Karena pandemi Covid-19 sangat parah dan dampaknya yang drastis terhadap dunia dalam waktu yang begitu singkat, saya, dengan bantuan mentor saya, mengubah arah untuk menargetkan virus SARS-CoV-2,” ujar Anika, seperti dikutip CNN.

Anika mengaku terinspirasi untuk menemukan obat potensial untuk virus setelah belajar tentang pandemi flu 1918 dan mencari tahu berapa banyak orang meninggal setiap tahun di Amerika Serikat meskipun vaksinasi tahunan dan obat anti-influenza tersedia di pasar.

Baca Juga :  Satu Keluarga Meninggal Terjebak di Jalan Berlumpur di Jalan Alternatif

“Anika memiliki pikiran yang ingin tahu dan menggunakan keingintahuannya untuk mengajukan pertanyaan tentang vaksin untuk Covid-19,” kata Cindy Moss, juri untuk 3M Young Scientist Challenge.

“Pekerjaannya komprehensif dan memeriksa banyak database. Dia juga mengembangkan pemahaman tentang proses inovasi dan merupakan komunikator yang ahli,” ujar Moss menambahkan.

Anika mengatakan memenangkan hadiah dan gelar ilmuwan muda papan atas adalah suatu kehormatan, tetapi pekerjaannya belum selesai. Tujuan selanjutnya, katanya adalah bekerja bersama para ilmuwan dan peneliti yang berjuang untuk mengendalikan morbiditas dan mortalitas pandemi dengan mengembangkan temuannya menjadi obat yang sebenarnya untuk virus tersebut.

Melansir The Economic Times, ilmuwan Perusahaan 3M Mahfuza Ali turut membimbing Anika secara pribadi selama musim panas. Bersama-sama, mereka mengubah ide Anika dari konsep menjadi kenyataan.

Ali membantu Chebrolu menyempurnakan inovasinya melalui metode ilmiah dan mempresentasikan proyeknya kepada panel juri yang terdiri dari para ilmuwan dan pemimpin. Setiap finalis dievaluasi berdasarkan serangkaian tantangan dan presentasi dari inovasi mereka yang telah diselesaikan.

Baca Juga :  Arus Balik: Perjalanan Emosional dalam Karya Pramoedya Ananta Toer

Dalam laman resmi Young Scientist Lab, Anika mengaku selalu kagum dengan eksperimen sains sejak masa kanak-kanak. Dia juga berkata penemuan favoritnya adalah Internet karena memungkinkan manusia menjelajahi begitu banyak hal hanya dengan beberapa klik.

Dia menganggapnya internet sebagai harta karun informasi dan telah menjadi aset berharga dalam mengejar pengetahuan dan melakukan penelitian dari mana saja dan kapan saja.

“Saya kagum dengan betapa luas dan dalamnya hal itu dan tidak dapat membayangkan dunia tanpa internet. Jika digabungkan dengan penilaian dan penggunaan yang tepat, kami dapat mencapai lebih banyak hal dan saya sangat antusias dengan potensinya setiap kali saya menggunakannya,” ujar Anika.

Dalam 15 tahun mendatang, Anika berharap bisa menjadi seorang peneliti dan profesor di bidang medis.

Sumber : CNN Indonesia

Artikulli paraprakAdvokat Muda Bobar, Bupati Harus Sikapi Serius Ucapan Camat Ke Insan Pers
Artikulli tjetërPresidium AB3: Ada Sekitar 10 Ribu Buruh Akan Melakukan Aksi Demo, Hari Ini