Beranda Daerah Hati-Hati ke Puncak!

Hati-Hati ke Puncak!

Bogor – Sejak diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Proporsional Parsial, kawasan Puncak kembali diserbu wisatawan Jabodebek dan sekitarnya. Padahal, potensi penyebaran Covid-19 akibat kerumunan di Puncak masih tinggi. Terbukti, dari hasil tes massal kepada wisatawan luar Bogor yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, akhir pekan lalu, dua orang dinyatakan positif

HAL itu dibenarkan Koordinator Sub-Divisi Deteksi Dini dan Pelacakan Kontak Gugus Tugas Covid-19 Jabar, Dedi Mulyadi. Saat itu, dari 1.221 orang yang dites rapid di empat titik di kawasan Puncak, 56 orang dinyatakan reaktif dan langsung dilakukan tes swab serta diminta putar balik. Empat hari berselang, dari puluhan orang yang di-swab itu, dua orang dinyatakan positif. ”Betul, ada dua orang (positif, red),” kata Dedi kepada Metropolitan, kemarin.

Namun, ia belum menjelaskan detail dua wisatawan positif tersebut berasal dari kota/kabupaten mana ataupun dari hasil rapid di titik mana. Yang pasti, hanya dua orang yang positif Covid-19 dari puluhan wisatawan yang dinyatakan reaktif tersebut.

Sayangnya, informasi tersebut rupanya belum sampai ke telinga Pemkab Bogor. Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, dr Dedi Syarif, mengaku pihaknya belum mendapatkan kabar perihal dua wisatawan Puncak yang terkonfirmasi positif saat tes massal oleh Gugus Tugas Covid-19 Jabar. ”Belum (tahu, red), Mas,” singkatnya.

Sementara itu, Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, Syarifah Sopiah, memastikan adanya dua wisatawan Puncak yang dinyatakan positif Covid-19 tidak akan berdampak terhadap wisata di kawasan Puncak, Bogor.

”Kita nggak mungkin nutup Puncak, Bogor, ya sebagai kawasan wisata. Karena di sana ada ratusan hotel, restoran, objek wisata. Jadi yang kita lakukan itu sosialisasi. Billboard (papan iklan, red) itu semua kalau bisa isinya tentang Covid-19. Terus kalau untuk di kawasan Puncak itu, setelah kita deteksi kemarin, banyak reaktif juga,” katanya.

Baca Juga :  Tersangka Pembunuh Penjual Gorengan di Sumbar Akhirnya Ditangkap Polisi di Pondok Terpencil

Namun, Syarifah meyakini saat ini Pemkab Bogor belum membuka keseluruhan tempat wisata di kawasan Puncak. Bahkan Taman Safari Indonesia (TSI) juga masih tahap konservasi.

”Jadi masyarakat kemarin itu berliburnya di pinggir jalur Puncak, seperti kebun teh, tempat parkir dan sebagainya. Jadi untuk ke depannya akan menjaga di tempat-tempat yang sudah dipetakan Gugus Tugas yang terdiri dari polres, termasuk daerah-daerah kemarin juga,” ujarnya.

Syarifah menyebut para wisatawan akan aman meskipun berwisata ke hotel di Puncak, Bogor. Sebab, Pemkab Bogor telah melakukan pembinaan kepada hotel-hotel untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

”Tapi kalau hanya di pinggir jalan menikmati makanan dan ngopi, ya cuma kepentingan itu saja, jelas kita pulangkan. Artinya kalau misalnya kegiatannya nggak penting, tapi di situasi saat ini masih banyak penularan,” imbuhnya.

“Jadi sejak adanya tes rapid, kita harapkan menjadi gambaran kepada masyarakat supaya mereka juga waspada, supaya tidak ke Puncak lagi. Dan ternyata di situ juga banyak calon-calon positif (reaktif, red),” ujarnya.

Diketahui, dari dua hari rapid test massal yang dilakukan Pemprov Jabar bersama pemerintah daerah di kawasan Puncak pada Sabtu-Minggu (20-21/6), puluhan wisatawan pengendara yang dites terbukti reaktif virus corona.

Untuk Kabupaten Bogor, ada empat lokasi tes massal bagi pengendara, yakni kawasan Masjid At-Ta’awun, Taman Wisata Gunung Mas, Pos Simpang Gadog pada Sabtu (20/6), dan kawasan Taman Wisata Matahari (TWM) pada Minggu (21/6). Jika ditotal, tak kurang dari 1.221 orang dilakukan rapid test dengan hasil 56 wisatawan dinyatakan reaktif positif.

”Rinciannya rapid test di TWM 445 orang diperiksa, hasilnya 47 orang dinyatakan reaktif dan lakukan swab dan putar balik. Sasarannya memang wisatawan luar Bogor, dari Jakarta, lainnya,” kata Bupati Bogor Ade Yasin.

Lalu ada 776 orang yang dilakukan tes rapid di tiga lokasi lainnya. Hasilnya sembilan orang dinyatakan reaktif dan mesti dites swab, serta diarahkan putar balik ke tempat tinggalnya. Ia memerinci untuk tes rapid di Masjid At-Ta’awun ada 200 orang yang dites, dengan enam orang dinyatakan reaktif.

Baca Juga :  Bareskrim Polri Bongkar Sindikat Uang Palsu di Bekasi, Tangkap Delapan Tersangka

Kemudian di kawasan Gunung Mas ada 252 orang yang dites, dengan tiga wisatawan dinyatakan positif reaktif. ”Sedangkan di Pos Gadog ada 324 orang yang dites rapid, hasilnya nihil yang reaktif,” ujarnya.

Di sisi lain, penyebaran virus Covid-19 di Kabupaten Bogor terbilang masih tinggi. Tercatat ada penambahan lima kasus positif baru di Bumi Tegar Beriman per Kamis (25/6). Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Bogor, Ade Yasin, menjelaskan lima orang tersebut terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki. “Kelimanya merupakan dua warga Jonggol, Parungpanjang dan Cibinong,” beber Ade Yasin.

Sementara untuk total keseluruhan kasus positif Covid-19 berjumlah 353 kasus, dengan rincian 241 orang berstatus positif aktif, 92 orang sembuh, 17 orang meninggal dunia dan tiga orang pindah alamat ke luar Bogor. “Untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 260 orang dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 472 orang,” ujarnya.

Terpisah, untuk penyebaran virus Covid-19 di Kota Bogor ada tambahan tiga pasien baru positif Covid-19 per Kamis (25/6). “Untuk pasien terkonfirmasi bertambah tiga kasus baru, pasien sembuh bertambah sebelas orang, PDP/Perawatan berkurang delapan orang, serta pasien meninggal hari ini tetap,” kata Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno.

Ia menyebut total keseluruhan kasus positif Covid-19 berjumlah 174 kasus, dengan rincian 109 orang dinyatakan sembuh, 48 ODP/Perawatan Rumah Sakit, serta 17 orang dinyatakan meninggal dunia.

Sedangkan 106 orang dalam pemantauan berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG), 115 orang dalam pemantauan berstatus ODP, serta 36 orang dalam pengawasan/perawatan rumah sakit berstatus PDP.

Sumber:Metropolitan

Artikulli paraprakPemenuhan Hak Dasar Anak di Tengah Pandemi Covid-19 Menjadi Sorotan
Artikulli tjetërJamur Enoki Bisa Menyebabkan Infeksi Listeria, ini Gejalanya